BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS »

Saturday, October 17, 2009

::IBUKU BERMATA SATU::

“Ibuku Bermata Satu”

Ibuku hanya memiliki satu mata. Aku membencinya sungguh memalukan. Ia menjadi juru masak di sekolah, untuk membiayai keluarga. Suatu hari ketika aku masih SD, ibuku datang. Aku sangat malu. Mengapa ia lakukan ini? Aku memandangnya dengan penuh kebencian dan melarikan diri. Keesokan harinya di sekolah,

“Ibumu hanya punya satu mata?!?!”

Iieeeeee, jerit seorang temanku. Aku berharap ibuku lenyap dari muka bumi. Ujarku pada ibu,

“Bu, Mengapa Ibu tidak punya satu mata lainnya? Kalau Ibu hanya ingin membuatku ditertawakan, lebih baik Ibu mati saja!!!”


Ibuku tidak menyahut. Aku merasa agak tidak enak, tapi pada saat yang bersamaan, lega rasanya sudah mengungkapkan apa yang ingin sekali kukatakan selama ini. Mungkin karena Ibu tidak menghukumku, tapi aku tak berpikir sama sekali bahwa perasaannya sangat terluka karenaku.

Malam itu, aku terbangun dan pergi ke dapur untuk mengambil segelas air. Ibuku sedang menangis, tanpa suara, seakan-akan ia takut aku akan terbangun karenanya. Ia memandangku sejenak, dan kemudian berlalu. Akibat perkataanku tadi, hatinya tertusuk. Walaupun begitu, aku membenci ibuku yang sedang menangis dengan satu matanya. Jadi aku berkata pada diriku sendiri bahwa aku akan tumbuh dewasa dan menjadi orang yang sukses.

Kemudian aku belajar dengan tekun. Kutinggalkan ibuku dan pergi ke Singapura untuk menuntut ilmu. Lalu aku pun menikah. Aku membeli rumah. Kemudian akupun memiliki anak. Kini aku hidup dengan bahagia sebagai seorang yang sukses. Aku menyukai tempat tinggalku karena tidak membuatku teringat akan ibuku. Kebahagian ini bertambah terus dan terus, ketika..
Apa?! Siapa ini?! Itu ibuku. Masih dengan satu matanya. Seakan-akan langit runtuh menimpaku. Bahkan anak-anakku berlari ketakutan, ngeri melihat mata Ibuku.

Kataku,

“Siapa kamu?! Aku tak kenal dirimu!!”

Untuk membuatnya lebih dramatis, aku berteriak padanya,

“Berani-beraninya kamu datang ke sini dan menakuti anak-anakku! ! KELUAR DARI SINI! SEKARANG!!”

Ibuku hanya menjawab perlahan,

“Oh, maaf. Sepertinya saya salah alamat, saya mohon maaf.”

Dan ia pun berlalu. Untung saja ia tidak mengenaliku. Aku sungguh lega. Aku tak peduli lagi. Akupun menjadi sangat lega.

Suatu hari, sepucuk surat undangan reunion sekolah tiba di rumahku di Singapura. Aku berbohong pada istriku bahwa aku ada urusan pejabat. Akupun pergi ke sana. Setelah reunion, aku rumah ibuku.. Hanya ingin tahu saja. di sana, kutemukan ibuku terjelupuk kaku dilantai. Namun aku tak meneteskan air mata sedikit pun. Ada selembar kertas di tangannya. Sepucuk surat untukku.

“Anakku…kurasa hidupku sudah cukup panjang. Dan aku tidak akan pergi ke Singapura lagi.”
“Namun apakah berlebihan jika aku ingin kau menjengukku sesekali ? Aku sangat merindukanmu. Dan aku sangat gembira ketika tahu kau akan
datang ke reunion itu. Tapi kuputuskan aku tidak pergi ke sekolah. Demi kau…”
“Dan aku minta maaf karena hanya membuatmu malu dengan satu mataku.”

“Kau tahu, ketika kau masih sangat kecil, kau mengalami kecelakaan dan kehilangan satu matamu. Sebagai seorang ibu, aku tak tahan melihatmu tumbuh hanya dengan satu mata. Maka aku berikan mataku untukmu. Aku sangat bangga padamu yang telah melihat seluruh dunia untukku, ditempatku, dengan mata itu. Aku tak pernah marah atas semua kelakuanmu.”

“Ketika kau marah padaku, aku hanya membatin sendiri, aku tahu, itu karena kau mencintaiku.”

“Anakku! Oh, anakku!”

0 comments: